Aekkanopan, (Berita Rakyat)
Labuhanbatu
utara (Labura), kabupaten baru yang didalamnya tertumpu berjuta harapan
masyarakat untuk menjemput kesejahteraan dan meningkatkan taraf kehidupan disegala
bidang, ternyata hanya akan menjadi sebuah harapan belaka yang harus kandas. Hasrat
hati ingin mencicipi pesatnya kemajuan itu tidak pernah terpikirkan sama sekali
oleh orang nomor wahid di kabupaten ini. Sebab, melihat kondisi riil yang ada di masyarakat
dan yang terjadi di jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Labura, seakan-akan
daerah ini belum pantas dan layak untuk disebut sebagai sebuah kabupaten baru.
Hal
ini diungkapkan oleh Ketua Umum Komite Rakyat Labura (KORLAB), Darwin Sipahutar.
Dalam pers rilis yang diterima Berita Rakyat, Darwin menjelaskan, saat ini,
ditengah masyarakat sedang muncul asumsi miring atas terjadinya adegan nyeleneh yang dilakoni oleh Bupati
Labura, H. Kharuddinsyah, SE dalam memilih dan menetapkan para pejabat yang
mengisi “kabinet” nya.
Menurut
Darwin, asumsi miring ini tumbuh di tengah masyarakat disebabkan kurang
bijaknya bupati yang telah menempatkan pejabat-pejabat dari luar daerah
(orang-orang dekat) nya untuk menduduki berbagai jabatan strategis di tanah
“Basimpul Kuat Babontuk” Elok ini.
Ada
indikasi, bupati Labura sengaja menempatkan orang-orang terdekatnya menduduki
jabatan paling “Basah” di jajaran Pemkab Labura dengan harapan akan lebih mudah
untuk diatur sesuai dengan keinginannya. Terkait dengan sikap bupati yang
meninggalkan putra daerah, dipastikan akan dapat menimbulkan konflik interest
(konflik kepentingan_red) antara pejabat import dan pejabat putra daerah. Jika
hal ini terjadi, maka yang paling dirugikan adalah masyarakat itu sendiri,
sebab pejabat import yang merupakan orang-orang dekat bupati dan menduduki
posisi strategis, akan lebih memiliki peluang dan kewenangan dalam pemerintahan
dibanding para pejabat putra daerah yang tidak bisa berbuat banyak.
“Harusnya
putra daerah diberi kesempatan untuk membangun daerahnya. Kita yakin, putr
daerah Labuhanbatu mampu memberikan yang terbaik bagi kemajuan daerahnya
sendiri. Dan itu merupakan tanggung jawab kita bersama, bukan orang luar yang
hanya ingin menghisap darah dan menyengsarakan rakyat Labura. Hal inilah yang
tidak dipahami oleh bupati, sehingga ia selalu menunjukkan sikap arogannya
dalam menanggapi aspirasi dari rakyatnya,” papar Darwin yang juga menjabat
sebagai sekretaris Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PKC PMII) Sumut ini.
Darwin
menjelaskan, berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat
Komite Rakyat Labura (DPP KORLAB), ada sejumlah jabatan strategis yang
diserahkan bupati kepada orang luar, diantaranya jabatan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labura, Kepala
Bdan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dan jabatan Kepala Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD).
DPP
KORLAB menilai, import pejabat yang terjadi di Labura ini kelak akan
menimbulkan badai besar dalam system pemerintahan di kabupaten ini. Mereka
mencontohkan, pengangkatan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labura, dr.
Reinfil Capah yang sebelumnya merupakan Kepala Puskesmas di Desa Sonomartani,
terkesan tidak melalui pertimbangan yang matang. Sebab sebelumnya, Reinfil,
ketika masih menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Dairi, tidak banyak
memberikan kemajuan berarti bagi Rumah Sakit tersebut.
DPP
KORLAB juga sangat menyayangkan sikap Kharuddinsyah yang masih tetap
mempertahankan beberapa pejabat import
yang pernah ditempatkan Pj. Bupati pendahulunya. Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dhani Isma Setiawan, misalnya. Selain
bukan putra daerah, Dhani juga mereka nilai tidak memiliki rekam jejak yang
bagus dalam memimpin sebuah instansi pemerintahan. Eks pejabat Langkat yang
hijrah ke kantor Gubernur ini, usai kalah dalam pencalonan dirinya menjadi
walikota Binjai, seolah memang dikondisikan, Dhani diboyong langsung oleh Pj.
Bupati Asrin Naim dan seketika itu juga diberi posisi empuk dan menjadi Kepala
Badan Kepegawaian Daerah (BKD), dan tak lama kemudian diangkat menjadi Kepala
Bappeda. Pertanyaannya, mampukah Dhani membuat rancangan pembangunan
ditengah-tengah kompleksnya persoalan yang ada di Labura?
Keberadaan
Ahmad Fuad, Kepala DPPKAD Labura, juga tidak terlepas dari sorotan DPP KORLAB.
Fuad yang hanya seorang mantan camat di Kota Medan ini, dianggap hanya akan
mendatangkan bencana bagi daerah ini. “Kalau hanya mantan camat yang menjadi
Kepala DPPKAD, tidak perlu harus import dari daerah lain. Banyak putra daerah
berjabatan camat yang mampu untuk menduduki jabatan strategis ini,” tegas
Darwin.
Tragisnya,
lanjut Darwin, Kepala DPPKAD ini ternyata masih bersaudara dengan salah seorang
ajudan bupati. Mereka ini dalah orang-orang rakus yang selalu mempengaruhi
bupati, dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap stabilitas di Labura.
Intinya, DPP KORLAB bersama Dewan Pimpinan Daerah KORLAB Kecamatan se Labura,
secara kelembagaan mengutuk dan menyesalkan sikap bupati Labura yang telah memberikan
peluang kepada orang luar untuk menduduki jabatan strategis di Pemkab Labura, cetus
Darwin.
Penempatan
pejabat yang tidak melalui pertimbangan yang matang ini dinilai menjadi titik
lemahnya penguasaan Bupati Labura dalam perencanaan pembangunan. KORLAB
menuding bupati tidak memiliki skala prioritas dalam menjalankan pembangunan,
sehingga kompleksnya permasalahan di Labura ini membuat program kerakyatan yang
diusung oleh bupati sewaktu kampanye dalam pencalonan dirinya, tidak berjalan
sesuai dengan keinginan rakyat, yang berakibat pada timbulny upaya bupati yang
selalu menyibukkan diri dengan berbagai bentuk pencitraan.
Di
bagian akhir pers rilis ini, mengingat masa jabatan bupati yang hanya tiga (3)
tahun lagi, KORLAB meminta agar bupati tidak hanya sekedar sibuk melakukan
pencitraan, namun harus focus dalam berbagai upaya yang potensial untuk
mensejahterakan rakyat, sebab rakyat masih menunggu dan selalu akan menagih
janji-janji politik yang disampaikan oleh pasangan KHARISMA dalam membangun Labura
yang sejahtera. (br.06)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar