Boleh jadi, akibat minimnya penghasilan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) guna memenuhi kebutuhan dua ”dapur” (istilah lain dari istri tambahan atau boleh juga gendak dan bisa pula selingkuhan-red), M. Kholidi, SPd, bekas Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Labuhanbatu Utara (Labura) terpaksa melakoni kerjaan sampingan, buka bisnis gituan di Dusun III, Desa Tanjungpasir, Kecamatan Kualuh Selatan.............
Kecuali menyediakan Wanita Pemuas Seks
(WPS), sebagai menu utama komunitas hidung
belang, Kholidi bersama “dapur”
tambahannya yang ngetop dipanggil Mami juga melayani peminat minuman keras
(miras) beralkohol campuran (tuak, minuman botol berbagai merek-red), plus
perangkat musik karokean.
Pendek kata, meski diseputaran lokasi
praktik “haram” bekas Kadispora tersebut, juga ada beroperasi barak serupa
milik M. Yamin dan Roni, ternyata frekuensi (naik turun) pengunjung di kafe Kholidi
masih diatas standar rata-rata.
Maklumlah, selain memang pernah menjabat
sebagai Kadispora dan Komandan Regu (Danru) Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol
PP), keseharian Kholidi cukup kondang bergaul dengan preman, spesial yang kerap
“ngumpul” di lokasi begituan. Praktis,
setelah buka lapak sendiri, pengunjung lokasi esek-esek yang dikelola
Pak Guru Kholidi (sebelumnya basis PNS Kholidi adalah di Dinas Pendidikan-red)
ini bukan hanya kalangan preman, rekan-rekan sekerja di Pemkab Labura tidak jarang
pula ikut nimbrung disitu.
“Tidak salah itu bang, waktu ngumpul
disana, kami pernah melihat mobil dinas salah satu Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) parkir di kafe Pak Kholidi. Tapi tak usah lah kami bilang dari
dinas mana, jadi tak sedap pula nanti sama dia,” aku beberapa rekan terbilang
sering mojok di kafe.
Masih menurut para rekan yang minta
identitas mereka jangan di “Berita
Rakyat” kan, langgengnya usaha ilegal bekas Kadispora Labura itu,
diyakini, karena sudah ada semacam kerja sama antara pihak aparat Pemkab
terkait maupun pihak aparat penegak hukum seetempat (wilayah hukum Polsek
Kualuhhulu Resort Labuhanbatu-red). Bukti kongkret, kendati operasional
lapangan lokasi esek-esek dimaksud sudah berlangsung hampir dua tahun, namun
hingga kini belum sekali pun kedengarannya terkena razia. Padahal perangkat
kerja di Kantor Satpol PP Labura, terlihat sudah lengkap,
termasuk mobil patroli.
“Biar abang tahu waktu kami disitu, Pak
Kholidi bilang pihak manapun tidak akan bisa menutup usahanya. Sebab, baik
polisi, wartawan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sudah dia tutupi. Kita
tengok saja, sampai sekarang semua aman, kan
Bang?,” imbuh rekan tadi blak-blakan.
Ekses dibukanya bisnis gituan
milik Kholidi tersebut, masyarakat diseputaran lokasi daerah yang sejak dahulu
dikenal sangat religius (pusat pemerintahan Kesoeltanan Koealoeh = Kualuh-red)
setiap saat menjadi resah. Bukan cuma karena hingar bingarnya musik dangdut
karokean, bahkan tidak jarang terjadi keributan.
Lebih fatal lagi, masyarakat setempat,
termasuk anak-anak usia sekolah sudah terbiasa setiap hari melihat tingkah
polah para WPS yang terkesan tidak merasa malu memamerkan tubuh dengan pakaian you can see hilir mudik membeli
keperluan masing-masing di kedai-kedai yang ada disana.
Keresahan masyarakat Tanjungpasir atas
keberadaan lokasi esek-esek tersebut diakui oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala
Desa (Kades), Nuraisyah Hasibuan.
Pihak Desa katanya, sudah pernah membuat
kesepakatan dengan pemilik kafe (termasuk Kholidi-red) untuk sama-sama mentaati
“aturan main” di Desa, tidak terkecuali penetapan jam operasi hingga 11.00 WIB.
Kenyataannya, pemilik kafe sama sekali tidak mengindahkan kesepakatan, buka hingga dini hari dan beberapa kali pernah terjadi
keributan membuat masyarakat semakin tidak nyaman.
Peristiwa keributan paling anyar, belum
lama berselang. Istri tua M. Kholidi, SPd “melabrak” lokasi bisnis
gituan
sang suami. Kendati belum sampai ke polisi,
yang pasti saat ini tengah menjadi urusan Kades Tanjungpasir.
“Benar pak, informasi yang Bapak terima
dilapangan tidak jauh beda dengan yang ada. Saya bersama Kepala Dusun (Kadus)
III Tanjungpasir akan menjumpai Pak Kholidi atas pengaduan istrinya,” ucap Bu
Kades.
M. Kholidi, SPd sendiri membantah tegas
informasi yang disampaikan masyarakat tentang aktivitasnya sekarang sebagai
pengelola bisnis gituan. “Tak
ada itu dinda, mana mungkin saya berani-beranian berbuat yang tidak-tidak.
Apalagi mengatakan sudah menutup mulut wartawan, LSM, polisi. Tak ada itu
dinda. Memang, saya ada membuat usaha disini sebagai masukan tambahan,” tangkis bekas Kadispora Labura menjawab
konfirmasi Berita Rakyat
melalui ponsel. Nauzubillah... (br.04)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar